Tuesday, May 13, 2008

Tukang Becak pun Ingin MELEK Bahasa Inggris



“Sabecik-becike manungsa yaiku kang migunani tumraping liyan”.

Filosofi itulah yang membuat kami begitu yakin untuk merintis pengabdian masyarakat ini.

***

Yogyakarta—sebuah kota seni dan budaya yang tiap sendinya tak pernah sepi dari denyut wisata. Dan Malioboro adalah salah satunya. Areal wisata belanja yang unik hingga tak pernah terlewatkan oleh mata wisatawan.

Berbicara tentang Malioboro tentunya tak terlepas dari pedagang cinderamata di sepanjang jalan Malioboro dan juga tukang becak yang kesehariannya berhubungan dengan wisatawan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tukang becak merupakan motor penggerak roda pariwisata Malioboro. Oleh karena itu kualitas pelayanan yang mereka berikan terhadap wisatawan menjadi sangat signifikan dan dijadikan salah satu tolak ukur penilaian wisatawan terhadap Malioboro. Hal ini akan memberikan pengaruh pada banyak pihak, baik bagi tukang becak dan pedagang kaki lima sendiri maupun pada wisata Yogyakarta dan Indonesia.

Di sisi lain, persiapan pemerintah memasuki Visit Indonesia Year 2008 ini dapat dikatakan masih setengah matang. Wisata Indonesia masih perlu banyak bersolek dan mempercantik diri. Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan wisata pun belum menyeluruh. Di samping itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bersentuhan langsung dengan dunia pariwisata belum tersentuh. Apalagi pegiat wisata seperti tukang becak, andong, penjual cinderamata, ataupun perajin barang-barang seni.

Pencanangan program Visit Indonesia Year (VIY) 2008 tentu saja menuntut agar seluruh sektor yang berkaitan dengan dunia pariwisata harus siap memberikan pelayanan yang terbaik (top service) bagi wisatawan. Bahasa yang merupakan pengantar dalam interaksi merupakan bagian penting yang perlu disoroti dalam kaitanya dengan pelayanan wisata Malioboro. Alasannya adalah karena pengunjung Malioboro tidak hanya wisatawan domestik tetapi juga wisatawan dari berbagai negara.

Jika para tukang becak dan pedagang kaki lima dapat lancar berbahasa Inggris hal ini akan menyebabkan posisi tawar (bargaining position) mereka di mata wisatawan mancanegara menjadi tinggi. Sehingga banyak turis mancanegara yang akan tertarik untuk menggunakan jasa mereka atau membeli barang yang mereka jual. Sementara itu fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar tukang becak tidak menguasai Bahasa Inggris dan keadaan ekonomi mereka pun tidak memungkinkan untuk mengambil kursus Bahasa asing.

Oleh karena itu, kami merasa sangat perlu “mbabat alas” Malioboro dengan berbagi pengetahuan Bahasa Inggris. Tema yang diangkat dalam pelatihan ini adalah “English for Better Life”. Dengan maksud bahwa pelatihan ini diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan bagi tukang becak untuk menjalankan pekerjaannya secara lebih profesional sehingga dapat menjadikan kehidupan tukang becak, kondisi pariwisata Yogyakarta dan Indonesia menjadi lebih baik.

Ibarat gayung bersambut, niatan ini ternyata mendapat tanggapan yang luar biasa dari tukang becak di kawasan Malioboro. Mereka tertarik untuk mengikuti pelatihan ini dan sadar akan kebutuhan Bahasa Inggris. Pelatihan ini diikuti oleh 18 tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Malioboro. Volume kelas dari pelatihan ini memang sengaja dibuat ramping dengan tujuan untuk keefektifan kegiatan belajar mengajar.

Program pelatihan akan dilaksanakan selama satu bulan mulai tanggal 18 April sampai 10 Mei 2008. Pelatihan dilaksanakan seminggu dua kali setiap hari Jumat dan Sabtu. Jumat (21.30-23.00) dan Sabtu (22.00-23.30) bertempat di aula Baparda DIY. Tentor terdiri dari seorang tentor utama, 4 asisten tentor, dan 2 penutur asli Bahasa Inggris. Materi yang diberikan kepada peserta pelatihan adalah “English for Becak Drivers” yang komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan Bahasa Inggris tukang becak.

***

Program Pelatihan Bahasa Inggris Praktis untuk Tukang Becak di Kawasan Malioboro ini merupakan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2008 yang proposalnya disetujui dan didanai oleh Dikti.

Dalam pelaksanaan program ini kami menggandeng Badan Pariwisata Daerah Provinsi DIY untuk ikut serta berupa kerjasama penyediaan tempat dan perlengkapan pelatihan. Pada tahun-tahun mendatang, diharapkan program ini dapat menjadi program kerja dari Baparda, Dinas Pariwisata, Pemda, serta pihak-pihak terkait. Sehingga seluruh tukang becak khususnya tukang becak wisata di Yogyakarta dapat mahir berbahasa Inggris.

No comments: